Breaking News

Responsive Ad Here
Responsive Ad Here

Harga Pangan Terus Naik Menjelang Pemilu 2024,Ekonomi ingatkan potensi"Politik money"

Responsive Ad Here

 

JAKARTA,WARNA BERITA.ONLINE-

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, kenaikan harga pangan merupakan ancaman terbesar bagi masyarakat menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. "Kekhawatiran gencarnya money politic atau politik bagi-bagi uang dan sembako karena masyarakat sedang tertekan," ucap Bhima kepada

Hal ini, kata Bhima, bisa membuat pilihan pemilu menjadi kurang rasional karena tergiur pembagian uang atau barang. Ini juga menciptakan rantai korupsi karena biaya politik yang mahal saat pemilu.

"Dampak lain adalah terjadinya risiko konflik horizontal karena masalah ketimpangan ekonomi," ucap Bhima.

Berdasarkan data yang dilansir dari Info Pangan Jakarta (IPJ) per 21 Oktober 2023, mayoritas harga pangan berada di zona merah atau mengalami kenaikan. Bhima berujar, dalam berbagai survei menunjukkan sebagian besar pemilih mengeluh soal mahalnya harga pangan yang disusul dengan masalah lapangan kerja. Di sisi lain, Bhima melihat sentimen ketimpangan merupakan cara efektif untuk meraup suara di kantong-kantor kemiskinan.

"Masalahnya kalau isu ketimpangan ini diolah menjadi sentimen SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan), itu bahaya sekali," tutur Bhima. Hingga saat ini, Bhima belum melihat adanya visi dan misi dari masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden yang solutif yang berkaitan dengan masalah pangan ini. "Kalau perlu janji kampanye 100 hari pertama jika terpilih bisa turunkan harga beras kembali ke 2022, dengan catatan petani tetap untung," ucap Bhima.

Sejumlah pedagang merasa bingung dengan kenaikan harga pangan yang masih terus terjadi ini, salah satunya pedagang telur Pasar Kaget, Pondok Kelapa, bernama Yuli (42). "Telur ayam negeri padahal stoknya enggak pernah kosong atau menipis, selalu ada. Bingung juga kenapa harganya enggak stabil," ujar Yuli, Kamis (19/10/2023).

Adapun data Info Pangan Jakarta (IPJ) menunjukkan, harga telur tertinggi saat ini berada di Pasar Pulo Gadung yang mencapai Rp30.000 per kilogram (kg). Harga cabai rawit juga mengalami lonjakan. Hal ini dirasakan pedagang di Pasar Tomang Barat, Tanjung Duren, Jakarta Barat, bernama Nur (35). "Misalkan hari ini harganya Rp 45.000 per kilogram, nanti malam belanja jadi Rp 50.000. Besok lagi begitu (naik Rp 5.000)," kata Nur saat ditemui di Pasar Tomang Barat, Kamis (19/10/2023).

Data IPJ juga menunjukkan hal serupa. Rata-rata harga cabai rawit merah sudah mencapai Rp 58.868 per kg. Adapun harga cabai rawit merah tertinggi mencapai Rp70.000 per kg di Pasar Tomang.

Tak hanya cabai rawit, harga sayur-mayur di Pasar Tomang juga ikut naik. Menurut Nur, kenaikannya bisa mencapai Rp2.000-Rp3.000 per kg. Pedagang beras di Pasar Jangkrik Rusno (34) juga mengungkapkan, harga beras sudah naik sejak lebaran tahun ini dan terus melonjak dalam beberapa waktu terakhir.


“Iya, sudah naik habis lebaran. Sampai sekarang belum turun,” ucap Rusno kepada Kompas.com, Rabu (18/10/2023).


Pedagang di Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, bernama Enci menilai kenaikan harga beras akibat kemarau panjang tahun ini begitu parah karena kenaikannya melampaui Rp100.000 per karung.


"Jualan beras dari 2010, tapi kondisi terparah ya tahun ini. Kenaikannya lebih dari Rp 100.000 (per karung). Kalau tahun-tahun sebelumnya, paling Rp 50.000," kata Enci, Kamis (19/10/2023). Padahal, menurut Enci, pasokan beras dari wilayah Karawang, Jawa Barat; Serang, Banten; dan Demak, Jawa Tengah; tetap lancar. Enci tak pernah kesulitan mendapat pasokan beras.


Sumber:compas.com

0 Komentar